Kalau ditanya apa ya bahagia versi diri sendiri? Hmm, yang pasti ketika terus menerus berada dalam kesyukuran, bisa beribadah dengan tetap semangat, bisa bekerja dengan profesional dan menjalani keseharian dalam keadaan sehat. Wah, banyak juga ya…
Bahagia Itu Tak Sulit Diraih Sebenarnya
Paragraf paling atas itu adalah kebahagiaan saya. Yah itulah bahagia versi diri sendiri, sebenarnya ia tak sulit diraihm sudah dinikmati sehari-hari, sederhana saja, seperti lirik lagunya Abdul dan Wina Natalia berikut:
Bahagia itu sederhana
Hanya dengan melihat senyummu
Ketika dunia seakan mau hancur
Kita bercanda, tertawa bersama
Sederhana
Melihat tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya saja sudah membuat hati dipenuhi rasa syukur. Mengetahui bahwa pasangan hidup tetap setia apalagi… hmm, semakin happy deh rasanya.
Paling tidak banyak hal telah dikecap selama ini, nikmat iman, nikmat waktu luang, khusus di masa pandemi, nikmat tetap sehat walafiat adalah kebahagiaan tak terkira rasanya

Berikut rincian bahagia versi saya:
- Keluarga sehat-sehat semua, suami dan anak-anak adalah harta yang paling berharga di dunia dan akhirat nanti insyallah, semoga senantiasa dilindungi Allah SWT.
- Memiliki waktu menulis secara rutin. Wah, ini kebahagiaan banget bagi saya karena kesibukan sebagai istri, ibu empat anak, dan pengajar di perguruan tinggi membuat waktu duduk menulis menjadi terjepit bahkan hilang bagaikan ditiup angin. Namun orang bijak mengatakan bahwa penulis tidak menunggu waktu yang tepat untuk menulis, tetapi penulis memang meluangkan waktunya untuk menulis. Mudah-mudah tidak salah ya, baca sekilas di Twitter seperti itu.
- Anak-anak mencintai ilmu pengetahuan. Nah, di masa PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) seperti ini saya dan suami berusaha membuat anak enjoy dengan belajarnya. Mereka buka buku sih, tapi karena alasan PR semata, diminta guru membuka halaman sekian, setor tugas, selesai. Hiks
- Bisa melanjutkan studi dengan beasiswa. Hmm, siapa sih yang tidak mau dibiayai pemerintah untuk lanjut sekolah lagi hingga jenjang akademik tertinggi? Namun harus dimaklumi juga bahwa seluruh negara di seluruh dunia ini sedang disibukkan dengan vaksinasi sehingga dana untuk menyekolahkan dosen (katanya) terpakai untuk itu. Ah, semoga bisa lulus beasiswa. Aamiin.
- Bisa traveling lagi bareng keluarga. Nah, sepertinya poin kelima ini menjadi harapan dan hal yang bikin bahagia orang di seluruh dunia ya. Siapa sih yang tidak ingin bebas jalan-jalan lagi seperti masa sebelum pandemi?
Khusus yang nomor 4 saya pikir tidak semua orang bisa melanjutkan studi dengan beasiswa. Maka jika bisa lulus lagi didanai dengan beasiswa, saya amat sangat berbahagia dan bersyukur. Seperti pendidikan S2 kurang lebih 11 tahun yang lalu.
Bismillah saya menyusun berkas pendaftaran saat anak kedua berusia 8 bulan. Senang sekali saat akhirnya lulus dan saya tinggal duduk tenang saja belajar, urusan dana sudah dikover Dikti.
Kesimpulan
Bahagia versi diri sendiri tentunya akan berbeda-beda, tergantung sudut pandang dan perasaan penulisnya. Seperti saya, bahagia menurut saya jika keluarga sehat semua, bisa menulis dengan rutin tanpa distraksi, anak-anak mencintai ilmu pengetahuan tak hanya karena ada PR baru buka buku, bisa melanjutkan studi dengan beasiswa, dan bisa traveling bareng keluarga lagi seperti sebelum masa pandemi. Semoga bisa ya, mari kita doakan bersama agar masa pagebluk ini lekas berlalu.
Demikian sharing singkat saya kali ini, Teman-teman… jika ada yang ingin dibagikan ke saya, silakan tinggalkan komentar di bawah ini ya. Terima kasih.